TOTAL SINTESIS MITOMYCINS
Mitomycins adalah antibiotik antitumor yang digunakan secara khusus dalam
pengobatan kanker. Mitomycins memperlambat atau menghentikan pertumbuhan dan
penyebaran sel kanker dalam tubuh. Mitomycins merupakan obat antitumor yang efektif
karenanya digunakan untuk beberapa jenis penyakit kanker, seperti kanker
kandung kemih, rahim dll. Dimana dalam menjalankan fungsinya sering
dikombinasikan dengan obat lainnya.
1.
Isolasi dan nomenklatur
Mitomycins
Mitomycins pertama kali diisolasi dari pembiakan Streptomyces caesipitos pada tahun 1956 dan mitomycins C pada tahun
1958. Dimana bakteri ini merupakan bakteri tanah dengan memiliki gram positif
pada filamen yang menghasilkan beragam senyawa biologis aktif. Mitomycins C
dikenal memiliki kemampuan menjadi agen antitumor. Molekul ini menggunakan
aktivitas biologis sebagai sumber energi dengan menggabungkan berbagai untai
DNA campuran. Adapun struktur umum dari mitomycins adalah sebagai berikut:
Dimana berikut merupakan macam-macam mitomycins yang paling melimpah
dialam:
Perbedaan mitomycins A dan C
terletak pada cincin kuinon dan transformasi (6-7) dengan pelarut amonia.
Mitomycins F (8) dan porfiromycins (9) disintesis oleh metilasi dari azridine
mitomycins A dan C. mitomycins G (12), H (13) dan K (14) adalah turunan seri
pertama karena penghapusan karbamat pada posisi (10). Mitomycins B (10) dan
mitomycins D (11) memiliki konfigurasi kebalikan dari karbon asimetrik C9.
2.
Biosintesis Mitomycins
Biosintesis mitomycins C muncul sejak tahun 1970, hal ini dibuktikan
dengan adanya inti mitosane yaang berasal dari kombinasi asam
3-amino-5-hidroksibenzoat 20 (AHBA), D-glukosamin 21 dan karbomil fosfat. AHBA
sendiri merupakan prekursor umum untuk obat antikanker.
Mode Aksi
Mitomycins merupakan antibiotik kuinon anti tumor yang mengerahkan
aktivitas biologisnya melalui alkilasi untaian DNA. Keberhasilan mitomycins C
dalam mengobati kanker akibat dari nilai selektivitas sitotoksik yang besar
terhadap hipoksia (kekurangan O2) pada tumor. Mitomycins sendiri
relatif tidak reaktif terhadap DNA namun akan menjadi sangat reaktif pada
proses reduksi (enzimatik atau kimia) pada skema 5. Disporposi dari semiquinoe
di media anaerobik sangat cepat sedangkan dalam kondisi aerobik, semiquinone
jenis reoxidizes lebih cepat daripada disproporsi.
Senyawa mitomycin dapat disintesis di laboratorium
dengan menggunakan pendekatan kishi, dimana pada pendekatan kishi ini,
menyatakan bahwa mitomycin dapat disintesis menggunakan precursor sederhana
awalnya orto-dimetoksi toluene. Berikut ini adalah mekanisme reaksi pendekatan
kishi senyawa mitomycin :
Berikut merupakan mekanisme reaksi sintesis senyawa
mitomycins berdasarkan pendekatan kishinya:
Berdasarkan mekanisme
diatas, dapat lebih dijabarkan sebagai berikut:
1. Tahap I
Pada
tahap ini, TiCl4 bertindak sebagai katalis asam (karna mengikat 4
Cl) dan dikloro metoksimetana sebagai reagennya. Gugus metoksi pada senyawa
orto-diklorotoluena merupakan pengarah orto-para sehingga substituen dikloro
metoksi metana tersubstitusi orto. Selanjutnya Cl akan lepas karna adanya
katalis TiCl4 sehingga menyebabkan O menjadi rangkap dan akan
mendesak metil lepas dan terbentuk aldehid.
2.
Tahap II
Pada tahap ini digunakan reagen mCPBA (metacloroperoksibenzoit
acid) yang merupakan reagen yang mudah menjadi radikal seperti pada gambar
dibawah ini :
Karna berikatan
dengan suatu radikal, sehingga menyebabkan senyawa yang terbentuk menjadi
radikal pula, seperti pada gambar berikut ini :
Setelah itu
radikal-radikal tersebut akan bereaksi membentuk senyawa berikut ini :
3.
Tahap III
Pada
tahap ini, terjadi 3 step yaitu yang pertama menggunakan reagen NaOMe, yang
kedua menggunakan reagen MeOH yang menghasilkan senyawa ester dan yang ketiga menggunakan
air untuk menghidrolisis ester dan menghasilkan gugus hidroksi atau senyawa
orto-dimetoksi meta-hidroksi toluene.
4.
Tahap IV
Pada
tahap ini terjadi reaksi substitusi elektrofilik dari 3-bromo-1-propena, H yang
terikat pada O akan berikatan dengan Br- sehingga propena akan
tersubstitusi pada O.
5. Tahap V
Pada
tahap ini, terjadi delokalisasi membentuk keton yang selanjutnya terjadi reaksi
reduksi menghasilkan senyawa 2,6-dimetoksi-3-hidroksi-4-alil-toluena. Setelah
terbentuk senyawa 2,6-dimetoksi-3-hidroksi-4-alil-toluena terjadi beberapa
reaksi yang dijelaskan pada gambar berikut ini :
6.
Tahap VI
7.
Tahap VII
Pada tahap ini,
digunakan Zn sebagai reduktor.
8.
Tahap VIII
Pada
tahap ini, dimasukkan N-benzilamin (Bn) yang berfungsi sebagai gugus pelindung
pada hidroksi.
9.
Tahap IX
Selanjutnya
adalah pembentukkan epoksida dari dioksan, seperti yang dijelaskan pada gambar
berikut ini :
10.
Tahap X
Pada
tahap ini, cincin epoksida membuka dan disubstitusi olen CH3CN dan
menyebabkan O kekurangan elektron sehingga ditambahkan CrO3-
sehingga menghasilkan keton.
b.
Pembentukan cincin medium
1. Tahap I
Pada tahap ini
terjadi reaksi substitusi –OMe.
2. Tahap II
Pada tahap ini, CN
direduksi oleh LAH menjadi NH2
3. Tahap III
Pada
tahap ini, gugus pelindung Bn dihilangkan dengan menggunakan katalis Pd, karbon
untuk menyerap air dan methanol untuk mengasamkan. Hal ini diilustrasikan pada
gambar berikut ini :
4. Tahap IV
Pada
tahap selanjutnya adalah dengan mengoksidasi senyawa yang telah didapat dan menggunakan
metanol sebagai pelarut, reaksinya adalah sebagai berikut :
c. Siklisasi
transannular
Pada
tahap ini, terbentuk cincin siklik baru dari gugus NH dengan 2 jalan, yang
pertama dengan menggunakan MeOH dan SiO2 dan jalan yang kedua adalah
dengan menggunakan gugus S-Me dan Et3N seperti yang dijelaskan pada
gambar berikut ini :
Sampai disini dulu ya pembahasan kita mengenai
mitomycins, sampai jumpa di postingan selanjutnya…
Sumber: